MUSLIM MUDA BERKUALITAS
1. Bermegah-megahan Telah melalaikan kamu, 2. Sampai kamu masuk ke dalam kubur, 3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), 4. Dan janganlah begitu, kelak kamu akan Mengetahui, 5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, 6. Niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, 7. Dan Sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, 8. Kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu). (QS al-Takâtsur [103]: 1-8)
“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS al-An’âm [6]:32)
Waspadalah terhadap arus zaman, musuh-musuh Islam mengupayakan dengan segala cara agar kita lengah. Beberapa diantara kita sudah menjadi korban. Mereka lengah sehingga lupa belajar, pergaulan tidak mengenal lagi adab dan sopan, lawan jenis tak tahu yang mana yang membuat mereka malu, wanita menjadi objek komersialisasi. Sungguh langka menemukan iklan televisi yang tidak ada pamer aurat. Seakan sudah menjadi hal umum sehingga dikatakan boleh dan wajar. Ketika pornografi ditentang peneriak HAM beraksi. kita tidak boleh lengah, mari bertahan dalam arus. Kata Prof. Zaini Dahlan,”Seorang Mukmin tidak berlanjut dalam kesalahan.”
Generasi muda adalah calon-calon penerus perubahan, generasi muda saat ini akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Oleh karena itu, mari kita persiapkan dari sekarang. Sudah seharusnya kita memaksimalkan masa muda. Sungguh masa muda sangat urgent, sedetik yang kita lewati saja sangat berarti. Mari kita lihat apa saja yang telah kita kerjakan. Apakah kita termasuk kaum yang lengah? Lengah tidak mengubah keadaan.
Masa muda adalah sarana menghimpun amunisi. Amunisi kita sekarang adalah ilmu. Ilmu Allah sangatlah luas, carilah sebanyak-banyaknya, jangan mudah merasa puas! Suatu saat seseorang bertanya kepada al-Sya’bi, ”Dari mana Anda mendapatkan semua ilmu ini?” Sesaat al-Sya’bi terdiam. Senyumnya merekah seiring dengan pandangan matanya yang tertuju pada lelaki itu. “Sahabatku, aku mendapatkannya dengan cara membuang sikap malas, dengan rajin mencari ke mana-mana, dengan bersabar seperti sabarnya seekor keledai, dan dengan sangat cekatannya seperti seekor burung gagak,” jawab al-Sya’bi.(M. Ahmad Ismail Al Muqaddam. Uluwwul Himmah).
Ilmu Allah tidaklah bertepi, lebih luas daripada apa yang kita bayangkan. Kalau seandainya umur kita dihabiskan untuk mencari ilmu, maka masih belum cukup bagi kita untuk mendapatkannya, hanya satu tetes ilmu saja yang kita dapatkan. Allah telah menggambarkan dalam firman-Nya. “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.(QS Luqmân [31]: 27)
Masa muda adalah waktunya kita mengupgrade karakter. Bagaimana karakter Nabi s.a.w. tercermin dalam diri kita dalam modernisasi zaman. Tentu kita harus mempunyai keteguhan dan prinsip yang kuat. Tak lain dapat dicapai dengan selalu memperbaharui iman dan meluruskan aqidah. Banyaknya ilmu yang kita santap dan karakter Muslim yang selalu kita upgrade merupakan sarana kita mengejar harapan. Untuk apa masa muda anda? Katakanlah,”Masa mudaku untuk mengejar cita-citaku.”
Azzam
Satu kata untuk mengejar cita-cita,”azzam”. Azzam adalah keinginan atau hasrat yang tinggi untuk mencapai suatu gol, apapun yang menghalangi diterjang untuk mencapai gol itu. Tentu kita sebagai kaum muda mempunyai sebuah cita-cita, entah ingin menjadi scientist Muslim, leader Muslim, entrepeneur Muslim, dsb. Silahkan kalian bermimpi setinggi mungkin. Asalkan impian tersebut dapat bermanfaat bagi kemslahatan umat Islam, it’s ok. Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain. Kata Ahmad Fuadi (penulis novel 5 menara),”Jangan sekali-kali meremehkan impian! Karena Allah Maha Mendengar.” Maka dari itu saat impian itu tergoda oleh gertakan dunia berdoalah kepada Allah! Dalam firman-Nya Allah menegaskan, “Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Fushilat [41]: 36)
Tuliskan cita-cita anda! Wujudkan dengan azzam yang terhujam dalam! Semoga Allah mengabulkan impian anda. Satu hal yang sangat penting dalam menghunuskan azzam adalah niat. Segala amal tergantung niatnya. Jika niat kita saah, sangat rugi bagi kita karena amal yang kita lakukan percuma, tidak dicatat sebagai amal shalih. Beberapa niat yang salah yakni, berorientasi pingin dilihat orang, mendapat pujian orang, bangga diri, dsb. Maka niat sangat urgen untuk dibentuk dan dijaga saat menancapkan azzam di hati kita. Niatan yang dibentuk bukan mengejar dunia saja namun sewajarnya berorientasi akhirat, mengharap ridho Allah Azza wa Jalla. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Apa peduliku dengan dunia? Tidaklah aku tinggal di dunia melainkan seperti musafir yang berteduh di bawah pohon dan beristirahat, lalu musafir tersebut meninggalkannya.” (HR. Tirmidzi no. 2551. Dikatakan shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahih wa Dho’if Sunan At Tirmidzi)
Jika kita mengejar dunia, maka hanya dunialah yang kita dapatkan. Padahal dunia tak sebanding dengan akhirat. Jika kita mengejar akhirat sesungguhnya dunia akan mengikutinya.Rasulullah bersabda,Dunia itu akan pergi menjauh. Sedangkan akhirat akan mendekat. Dunia dan akhirat tesebut memiliki anak. Jadilah anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak dunia. Hari ini (di dunia) adalah hari beramal dan bukanlah hari perhitungan (hisab), sedangkan besok (di akhirat) adalah hari perhitungan (hisab) dan bukanlah hari beramal.” (HR. Bukhari secara mu’allaq –tanpa sanad-)
Maka dari itu azzam, usaha, serta cita-cita marilah kita niatkan sebagai sarana kita beramal shalih. Dengan niat yang lurus seperti kita menempuh jalan yang lurus. Cita-cita itu akan mudah sampai dengan usaha maksimal. Layaknya menambah kecepatan, cita-cita itu akan cepat sampai. Allah pun telah berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, maka bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.” (QS al-Tîn [95] : 4-6)
Man Jadda Wajada
Suatu cita-cita atau gol dapat tercapai dengan bersungguh-sungguh mencapainya. Bersungguh-sungguh mengupayakan dengan seluruh perjuangan, kerja keras, tetes keringat yang kita lakukan, tentu kita banyak membaca profil orang-orang sukses. Merekalah yang berjuang keras agar impiannya tercapai. Rasullulah memenangkan perang badar bukan sekedar berdoa. Bill gates membangun Microsoft bukan dengan mengedipkan mata. Thomas Alfa Edison menemukan lampu pijar yang bisa kita nikmati sekarang bukan sekali dua kali gagal. Mereka bekerja keras dan berlelah-lelah dahulu sebelum targetnya tercapai. man jadda wa jada –Barangsiapa bersungguh-sungguh ia akan sukses-. Imam Syafi’i pun memberikan nasihat pada kita, “Berlelah-lelahlah dahulu. Karena manisnya hidup akan kamu perloleh setelah berlelah-lelah.
Sedetik Yang Sangat Berarti
Seorang sprinter 100 m dunia mencetak rekor dalam tempo 9,92 detik (Olympic September 2011). Sedangkan sprinter 100 m Indoneisa 10,3 detik. Padahal hanya berbeda 0,38 detik. Taruhlah 1 detik. Hanya satu detik namun menentukan yang mana yang rekor dunia dan yang tidak. Satu detik yang sangat menentukan. Satu detik yang sangat berarti. Menurut Ahmad Fuadi (penulis novel 5 Menara) tolak ukur man jadda wajada adalah berusaha lebih keras dari pada orang lain. Usaha kita harus satu tingkat lebih unggul dari usaha orang lain. Kalau orang lain dapat belajar sampai jam sebelas malam, ya kita sampai jam dua belas malam. Mata kita seperti elang yang selalu terjaga menjadi pengamat. Mengamati usaha yang dilakukan orang lain. Tidak ada kata lengah sedikitpun. Harus lebih baik dari orang lain.
Man Shabara Zhafira
Dalam mengarungi samudra perjuangan, berlelah-lelah dan take action, tentu kita sering menjumpai halang-rintang. Halang rintang itu berupa godaan dunia baik godaan setan, nafsu, dan perlawanan dari pihak lain yang menyebabkan kita lengah. Maka dari itu kembali ke azzam kita. Kita harus menguatkan azzam terus menerus dan selalu sabar. Sabar dalam memegang prinsip. Kalau kita targetkan menyelesaikan 5 buku seminggu untuk persiapan ujian ya kita harus sabar dan istiqamah melakukan target tersebut. Sungguh Allah bersama orang-orang yang sabar. Jika ujian datang saat usaha baru dilakukan, janganlah khawatir janganlah bersedih. Lâ tahzan Inna Allâha ma’anâ. Jangan bersedih, Allah bersama kita. Man shabara zhafira, barangsiapa bersabar ia akan beruntung.
Man Ala Darbi Washala
Ternyata rumusan man jadda wajada dan man shabara zhafira saja kurang cukup untuk menggapai goal kita. Tidak cukup berlelah-lelah ternyata, tidak juga hanya bersabar. Ibarat kita ingin menuju ke puncak (goal). Maka kita melewati jalan yang panjang sekali. Kita sudah berlari. Kita sudah berlelah lelah pantang menyerah dan selalu sabar. Sayangnya jalan yang kita lalui itu salah jalur, sehingga tidak sampai ke puncak tujuan kita, malahan kita tersesat. Nah di sinilah pentingnya fokus pada jalan yang ingin kita lalui. Agar kita sampai pada tujuan yang tepat.
Kalau kita ingin mendapat indeks prestasi 3,9 ya jalannya harus rajin belajar, bukan disambil-sambil yang lain. Kalau kita ingin menjadi entrepreneur sukses ya jalannya harus take action untuk bisnis, bukan menunggu rejeki datang dari langit. Semua tujuan mempunyai jalan atau jalur untuk dicapai. Man ala darbi washola. Barangsiapa berjalan di jalannya akan sampai. Pesan singkat dari Prof Zaini Dahlan,“Kalau anda ingin berhasil maka jalanilah jalan untuk menuju keberhasilan.” Marilah kita menjadi Muslim yang berkualitas dunia akhirat.
Wiwit Tri Chahyani
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Gunadarma 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar